Reading Time: 3 minutes

 485 total views,  2 views today

                KOTA SORONG – Penjabat Sekretaris Daerah Kota Sorong, Ruddy R. Laku, S.Pi., M.M, membuka acara Seminar/Semiloka Rencana Kontigensi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami Kota Sorong, yang berlangsung di Gedung Drs. Ec. L. Jitmau, M.M, Selasa (29/8/2023) pagi hari.

Direktur Kesiapsiagaan Subdirektorat Perencanaan Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Drs. Pangarso Suryotomo dalam laporannya disebutkan, pelaksanaan kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk implementasi dukungan BNPB bersama pemerintah daerah, melalui program Indonesia – Disaster Resilience Initiatives Project (IDRIP), yang dilaksanakan di 30 kabupaten kota secara bersama-sama, guna meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadap bencana.

“Dokumen rencana kontigensi bertujuan untuk menyiapkan pemerintah daerah, yaitu BPBD, lembaga atau OPD dalam merespon dengan benar keadaan darurat, serta potensi dampak yang dapat ditimbulkan akibat bencana,” baca perwakilan Direktorat Kesiapsiagaan BNPB, Indah Fitriansari dalam laporan Direktur Kesiapsiagaan.

Rencana kontigensi, sambungnya, merupakan dokumen hidup yang harus direview secara berkala oleh pengambil kebijakan. Dokumen tersebut pada prinsipnya adalah komitmen atau kesepakatan bersama seluruh pemangku kepentingan dalam penanggulangan bencana, baik pemerintah, masyarakat, maupun lembaga usaha, khususnya dalam penanganan darurat bencana.

Dokumen kontigensi dapat diuji dengan melaksanakan latihan seperti TTX, CPX, FTX oleh pemerintah Kota Sorong, sehingga dokumen tersebut dapat direview secara berkala, dan dapat diaktivasi pada saat darurat bencana terjadi.

Harapannya, dokumen tersebut  dapat didorong untuk menjadi suatu aturan yang dipedomani bersama, khususnya dalam upaya penaggulangan bencana, terutama di wilayah Kota Sorong.

Sementara itu, Pj. Sekda Kota Sorong dalam sambutannya mengatakan, Kota Sorong dalam dokumen kajian risiko bencana memiliki 9 potensi bencana. Dua potensi bencana didalam kajian tersebut adalah gempa bumi dan tsunami.

“Dikelilingi trust Sorong yang menurut hasil kajian  BMKG, bisa berpotensi menimbulkan kekuatan gempa sampai 8 magnitudo. Ini tentu bisa berpotensi tsunami, dan kita tentu wajib meningkatkan kewaspadaan semua warga masyarakat akan potensi bencana ini, dengan memberikan mitigasi bencana berupa sosialisasi dan simulasi,” kata Pj. Sekda.

Salah satu upaya mitigasi yang dilakukan sebelum terjadi bencana atau pra bencana adalah penyusunan dokumen-dokumen kebencanaan, dan dokumen renkon adalah salah satu dokumen penting yang harus kita siapkan untuk menjadi panduan kita bersama dalam pelaksanaan penanggulangan bencana.

“Pada tanggal 23-25 Mei 2023, kita sudah menyusun draft nol, dilanjutkan dengan draft finalisasi pada taggal 7 juli 2023. Hari ini kita bersama mengikuti kelanjutan dari tahapan penyusunan dokumen ini, yaitu Semiloka,” urai Pj. Sekda.

Sambungnya, kegiatan Semiloka Dokumen Rencana Kontigensi merupakan sarana uji publik. Oleh sebab itu, sangat diharapkan seluruh peserta yang hadir dapat memberikan masukan dan saran, guna melengkapi data yang ada dalam dokumen tersebut.

“Saya sangat berharap peran serta kita sekalian dalam kegiatan semiloka ini, untuk kesempurnaan dokumen rencana kontigensi gempa bumi dan tsunami,” harap Pj. Sekda seraya membuka kegiatan Seminar/Semiloka Rencana Kontigensi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami Kota Sorong yang ditandai dengan penabuhan tifa. (Diskominfo Kota Sorong/brm)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *